-->

Minggu, 11 April 2010

Bismillah : Awal Kehidupan

Pagi ini merupakan pagi yang sangat indah. Penulis teringat akan salah satu konsep psikologi tentang low of attraction (maaf kalau salah penulisan he...he...). Konsep ini menerangkan bahwa apa yang diyakini dalam diri dan ia fokuskan, maka apa yang ada diluar dirinya akan mendekati apa yang ia yakini atau fokuskan. Maka pikiran yang kita fokuskan itu secara tidak sadar akan menuntun dan membimbing mata, tangan, dan kaki kita sesuai apa yang kita pikirkan.



Al-Quran ;berisi tentang bimbingan pada seluruh umat manusia dalam menjalani kehidupannya; dimana seluruh surat yang terdapat dalam al-Quran dimulai dengan bacaan basmalah/bismillah (بسم الله الرحمن الرحيم) kecuali surat al-Taubat. Itu menandakan betapa penting bacaan bismillah dalam mengawali sendi-sendi kehidupan di dunia ini.

Manusia akan dibimbing oleh pikiran di bawah sadarnya, dengan keyakinan yang mungkin cuma bayangan saja, atau hanya pikiran ketika kita melamun sedang buang hajat.(maaf terlalu mendalam hehe). Namun pikiran itu akan membimbing tubuh kita pada apa yang dipikirkan.

"Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". Itulah arti dari Basmalah. Allah Maha Pemurah, kita garis bawahi kata "Maha".

Baik kita mulai dengan budaya Arab. Pada artikel yang pertama , Penulis menyebutkan bahwa budaya kita dan budaya arab berbeda. Contoh penerjemahan ini lah yang salah, bukan salah ada pergeseran makna. Mungkin penerjemah Indonesia, khususnya terjemahan DEPAG, menerjemahkannya pakai "maha" bertujuan untuk mengagungkan Allah Swt sebab dalam kebudayaan Indonesia, kita akan berkata lebih sopan, lebih santun, dan lebih lebih jika kita berkata dengan orang yang lebih tinggi dari kita. Maka pada kasus ini, kita lebih rendah dan Allah lebih tinggi antara hamba dan khalik.

Berbeda dengan budaya Arab pada masa Nabi Muhammad. Tidak ada tingkatan-tingkatan sosial pada Budaya Arab, mereka akan menyebut anta (kamu) ke Allah, Nabi Muhammad, Sahabat, ataupun ke anak kecil. Nah, dari sini mulailah mengerti akan maksud Penulis akan ketidaksetujuan kata "Maha" sebagai sifat Allah.

Nabi Muhammad pernah berkata : "berakhlaklah seperti akhlak Allah". Bisa kita rasakan bagaimana kita dapat berakhlak seperti sifat Allah, kalau Dia begitu maha yang takkan kita dapat tiru. Berbeda ketika kita menghilangkan "maha" (tanpa Penulis meremehkan Allah) akan lebih menyerap dan mudah kita tiru sifat Allah yang Pemurah dan Penyayang.

Nah, jika pemahaman kita tentang bismillah ini bahwa Allah itu Pemurah dan Penyayang. Maka pikiran kita akan membimbing tubuh kita untuk mengikuti sifat Allah. Berbeda ketika pemahaman tentang Allah yang Maha Pemurah dan Penyayang, kita akan sulit menirunya karena kita sudah menganggap tidak bisa menulis dengan menyangka Allah itu begitu Maha sulit kita tiru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar